Harga Singkong Anjlok di Lamteng
Permintaan Pabrik Menurun, Pengepul Singkong di Lampung Tengah Ikut Terdampak
Pengepul atau pemilik lapak singkong ikut terimbas dari anjloknya harga singkong.
Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ANAK TUHA - Pengepul atau pemilik lapak singkong ikut terimbas dari anjloknya harga singkong.
Pasalnya, permintaan singkong dari pabrik tapioka menurun akibat pandemi Covid-19.
Santoso, pengepul singkong di Anak Tuha, menerangkan, sejumlah pabrik menurunkan produksinya akibat Covid-19.
Hal itu berdampak pada penurunan permintaan singkong di tingkat pelapak.
"Semenjak (pandemi) Covid-19 ini harga singkong memang tidak stabil (turun). Penerimaan barang di lapak terbilang menurun mencapai 5 persen dibanding saat kondisi normal," kata Santoso.
TONTON JUGA:
Menurut Santoso, penurunan permintaan dari pabrik berpengaruh terhadap anjloknya harga.
Petani pun enggan menjual singkong mereka.
"Dampaknya ya petani juga jadi enggan menjual singkong mereka. Karena saat ini harga dari pabrik mengalami rata-rata penurunan (harga) Rp 100 per kilogram," sebutnya.
• Selain Harga Anjlok, Petani Singkong di Lamteng juga Keluhkan Pemotongan Bobot di Pabrik
• Harga Singkong Anjlok, Petani di Lamteng Tak Tahu Hadapi Musim Depan
• Banjir Rendam 94 Rumah di Kecamatan Kedamaian Bandar Lampung
• Pemuda Cabuli Gadis 14 Tahun: Jika Kamu Hamil, Aku Akan Bertanggung Jawab
Petani singkong di Kecamatan Anak Tuha, Lampung Tengah menghadapi masa depan yang suram.
Anjloknya harga singkong membuat mereka galau.
Mereka tak tahu apakah akan menanam singkong lagi pada musim mendatang.
Supardi, petani singkong di Kecamatan Anak Tuha, mengaku harus mengeluarkan modal tanam Rp 7 juta per hektare.
"Masa tanam kami itu lama. Sekitar delapan bulan untuk bisa dipanen. Setiap hektarenya, modal yang harus kami keluarkan Rp 7 juta. Itu untuk produksi tanam seperti pupuk, olah lahan, dan bibit," ujar Supardi, Rabu (5/8/2020).
Menurut dia, rata-rata petani singkong di Anak Tuha tak mempunyai usaha lain.