Berita Lampung
Paguyuban Tusuk Sate Krajan, Lampung Selatan, Ingin Pecahkan Rekor Muri, 1000 Lansia Buat Tusuk Sate
Banyak sekali lansia di Dusun Krajan, Desa Sidomulyo, Kec. Sidomulyo, Lampung Selatan ingin kerja cukupi kebutuhan sehari-hari.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Tri Yulianto
Samadi mengatakan tusukan-tusukan yang sudah runcing tadi, dikumpulkan menjadi satu ikatan.
"Satu ikatannya kurang lebih 2 kg," katanya
"Tusuk yang sudah diikat tadi kita masukkan ke alat potong, agar ukurannya sama semua yakni 20 cm," ujarnya
Samadi mengatakn proses selanjutnya finishing.
"Setelah tusukan-tusukan tadi dipotong menjadi ukuran 20 cm, tusukan-tusukan tadi kita masukan ke dalam alat pemolosen," katanya
Samadi mengatakan proses pemolesan membutuhkan waktu setengah jam.
"Kapasitas muatan bisa mencapai 50 kg tusukan," katanya
Samadi mengatakan tujuan tusukan-tusukan itu dipoles untuk membersihkan dari bulu atau serabut kasar, yang dapat melukai tangan.
Samadi menjelaskan setelah proses poles atau penghalusan, setelah itu proses peruncingan.
"Karena kita kan fokusnya diprodusen tusuk sate, jadi tusukannya harus runcing karena untuk menusukkan daging," katanya.
"Apalagi daging kambing, tusukannya harus runcing dan kuat," jelasnya.
Samadi mengatakan di peruncinga tersebut, tusukan-tusukan tersebut akan disortir, jika tusukannya tidak runcing akan dipisahkan," katanya.
Tusuk Sate Sortiran jadi Tusuk Cimol
Dalam produksi tusuk sate ternyata tidak semuanya sesuai yang diharapkan, ada hasil yang kurang pas.
Namun kini itu tetap bisa dimanfaatkan untuk hasil kreasi makanan ringan lainnya.
"Tusukan yang tidak runcing tadi, biasanya akan dibeli penjual sosis, bakso tusuk, nuget, cilok, cimol, telur gulung dan lainnya," kata Samadi.
"Karena makanan yang dijualnya tidak memerlukan tusukan yang runcing," ujarnya
"Selain itu makanan yang mereka jual untuk anak-anak, jadi berbahaya jika tusukannya runcing," jelasnya. (Tribunlampung.co.id/ Dominius Desmantri Barus)