Wawancara Eksklusif

Sejuk Bicara soal Kelompok Minoritas di Lampung, Towik: Saatnya Tak Lagi Membeda-bedakan

Apa yang ingin diperjuangkan oleh Sejuk dan sejauh mana perjuangan itu telah berjalan untuk kelompok minoritas ini? Berikut petikan wawancara khusus

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi Tribun Lampung
Manager Advokasi Sejuk Tantowi Anwari. Sejuk bicara soal kelompok minoritas di Lampung. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Serikat Jurnalis untuk Keberagaman atau Sejuk menilai kelompok minoritas masih menerima stigma negatif dari masyarakat.

Kelompok minoritas juga dinilai kurang mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak-haknya dari pemerintah.

Sementara media dipandang seperti dua sisi mata pisau oleh kelompok minoritas ini.

Di satu sisi, media diharapkan ikut mensuarakan hak-hak kelompok minoritas ini.

Di sisi lain, media juga dinilai berpotensi mengancam keberadaan mereka dengan menambah besaran stigma negatif di masyarakat.

Lantas apa yang ingin diperjuangkan oleh Sejuk dan sejauh mana perjuangan itu telah berjalan untuk kelompok minoritas ini? Berikut petikan wawancara khusus Tribun dengan Manager Advokasi Sejuk, Tantowi Anwari atau akrab disapa Towik.

Sebelum berbicara media dan kelompok minoritas, bisa dijelaskan apa itu Sejuk?

Iya, sejuk adalah organisasi yang berdiri pada tahun 2008 oleh beberapa jurnalis dari beragam media dan bermacam desk kerja.

Sejuk berdiri atas dasar kecemasan atas yang dilakukan beberapa kalangan media saat itu terhadap kelompok minoritas dalam kepercayaan.

Yang puncaknya ada pada momen pemberitaan media terhadap kelompok Ahmadiyah dan Syiah, lalu juga pemberitaan tentang kebijakan pendirian rumah ibadah yang kala itu banyak model pemberitaan bersifat eksploitatif, diskriminatif, dan menyudutkan kelompok minoritas.

Setelah dibentuk, apa tujuan Sejuk sendiri?

Saat itu, kita ingin media mengedukasi publik tentang toleransi beragama dan mengadvokasi pemerintah untuk lebih melindungi kelompok minoritas.

Tujuan itu kemudian berkembang menjadi ingin menciptakan masyarakat yang toleran di atas dasar keberagaman di Indonesia, bukan hanya agama, keayakinan atau kepercayaan, tetapi juga, etnis, disabilitas, gender, seksualitas dan lainnya.

Apakah tujuan itu masih relevan dengan kondisi saat ini?

Masih. Karena masih banyak diskriminasi terhadap kelompok minoritas yang bahkan bukan hanya dalam kategori perbedaan kepercayaan.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved