Korban Dukun Pengganda Uang

Pakai Macan Putih, Janji Mbah Slamet Saat Pasutri Asal Lampung Menolak

Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara, ternyata sempat menjanjikan akan mengantar kepulangan dua orang korbannya asal Lampung.

|
Tribunlampung.co.id / Oky Indra Jaya
Orang tua Tri, istri Irsyad, Ngalimun, yang menjadi korban pembunuhan dukun pengganda uang di Banjarnegara. Tohari alias Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara, ternyata sempat menjanjikan akan mengantar kepulangan dua orang korbannya asal Lampung. 

Tribunlampung.co.id, Pesawaran - Tohari alias Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara, ternyata sempat menjanjikan akan mengantar kepulangan dua orang korbannya asal Lampung.

Bahkan, Mbah Slamet, dukun pengganda uang tersebut, sesumbar akan mengantarkan menggunakan macan putih.

Kedua korban yang dijanjikan Mbah Slamet tersebut yakni pasangan suami istri asal Pesawaran, Lampung, Irsyad (44) dan istrinya, Wahyu Tri Ningsih (41).

Cerita tersebut disampaikan Alda, anak kandung korban di Kabupaten Pesawaran, Lampung, yang mengaku pernah mendengar komunikasi orang tuanya dengan dukun pengganda uang, Mbah Slamet atau Tohari.

Diketahui, korban Irsyad dan Wahyu Tri Ningsih tercatat sebagai warga Desa Tanjungrejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Baca juga: Cara Janggal Dukun Pengganda Uang Kubur Korbannya, 1 Liang 2 Orang

Alda menyebut, Mbah Slamet sempat meminta sang ibu untuk datang ke satu alamat.

“Namun, ibu saya sempat tidak mau atau menolak permintaannya,” ungkap Alda sambil menahan tangis.

Entah alasan apa, kemudian sang ibu pun bersedia mendatangi alamat yang diberikan Mbah Slamet.

“Ibu saya minta agar hanya tiga hari datang ke sana,” ujar Alda.

“Nanti pas pulangnya diantarkan pakai macan putih,” ucap Alda menirukan perkataan dari Mbah Slamet kepada ibunya.

Karena komunikasi tersebut tidaklah masuk akal, maka Alda pun tidak memercayainya.

Sejak kepergian sang ibu yang pamit pergi bekerja, komunikasi mereka pun terputus.

Hingga akhirnya ia mendapatkan kabar buruk ayah dan ibunya jadi korban pembunuhan Mbah Slamet.

Kabar tersebut ia dapatkan dari kerabat yang tinggal di Solo.

Di kampungnya, Irsyad dan istrinya dikenal sebagai perajin tapis.

Pada tahun 2021, mereka pamit bekerja ke Jawa untuk mengajar membuat bordir.

Minta korban dimakamkan di Lampung

Sementara itu, Ngalimun, ayah kandung korban Wahyu Tri Ningsih, meminta anak dan menantunya dimakamkan di TPU Desa Tanjungrejo, Pesawaran, Lampung.

Ngalimun menuturkan, dirinya bersama keluarga besarnya juga akan mempersiapkan kepulangan jenazah korban jika proses otopsinya sudah selesai.

“Saya minta keduanya dimakamkan di sini (Lampung),” jawab Ngalimun.

Ngalimun mengatakan, almarhum Irsyad dan Tri, istrinya, merupakan sosok yang baik dan ramah.

Ia juga menyebut keduanya di keluarga adalah sosok yang tidak pernah neko-neko.

“Bahkan anak saya pun dan suaminya tidak pernah membuat masalah apapun baik di keluarga maupun di lingkungan rumah,” ucapnya.

Sehingga, kematian keduanya menjadi pukulan telak baginya sebagai orang tua.

Saat mengetahui anaknya dikabarkan meninggal secara tragis, Ngalimun geram dan meminta pihak kepolisian bisa mengungkap kasus ini secara terang.

“Pelaku harus dihukum seberat-beratnya,” tegas Ngalimun.

Perajin Peci

Di sisi lain, korban pembunuhan dukun pengganda uang Mbah Slamet di Banjarnegara Jawa Tengah merupakan perajin peci tapis asli Pesawaran Lampung yakni Peci Bordir Dendi.

Profesi dan status korban pembunuhan dukun pengganda uang dikemukakan oleh Kepala Desa Tanjung Rejo, Sanjaya kepada Tribun Lampung pada Rabu (5/3/2023).

Sanjaya melayat ke kediaman rumah korban yakni Irsyad (44) dan Wahyu Tri Ningsih (41) yang berada Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran Lampung.

Sanjaya mengatakan bahwa pekerjaan pasutri baik suami dan istrinya sebagai penenun tapis.

Bahkan keduanya memiliki usaha di rumah yang sudah berjalan sejak 2014 lalu dengan nama Lembaga Pelatihan dan Kursus Mutiara.

Dikatakannya usaha milik korban tersebut bergerak pada usaha tapis, bordir dan jahit.

Korban yang sudah dua tahun tidak pulang itupun merupakan perajin tapis yang pernah bekerjasama dengan pemkab Pesawaran untuk membuat peci bordir Dendi.

“Peci yang identik dengan Pesawaran tersebut memang sudah terkenal dan korban yang membuatnya,” tutur Sanjaya.

Sementara itu rekan sesama penenun tapis, Redawati, mengatakan, dirinya berduka cita atas kabar duka yang menyangkut kedua rekan satu profesinya tersebut.

Pasalnya dirinya mengenal keduanya sejak merintis usaha sebagai penenun tapis.

Redawati mengungkapkan, perjuangannya dimulai dari nol hingga sampai memiliki rumah bahkan juga memiliki usaha dan membuka kursus.

“Bahkan saya tahu betul saat itu almarhum masih menjadi perajin peci di Bandar Lampung, ucap Redawati kepada Tribun Lampung.

“Dan si Tri atau sang istri melakukan usaha tapis kecil-kecilan di rumahnya,” imbuhnya.

Mereka pun kemudian membuat usaha sendiri di rumah ketika mendapatkan bantuan mesin tapis dari mantan Bupati Pesawaran yakni Aries Sandi.

Kemudian mendapatkan kembali bantuan mesin dari Bupati Pesawaran saat ini yakni Dendi Ramadhona.

Sehingga mesin bantuan dari pemerintah daerah tersebut dipakai oleh keduanya untuk merintis usaha.

Serta juga memiliki karyawan dari usaha yang semakin maju dirintisnya.

Dipakai Oleh Pegawai ASN Pemkab Pesawaran 

Peci bordir Dendi buatan Irsyad dan istri tersebut mulai dikenal saat menjadi peci ikon asli Pesawaran.

“Di mana peci buatannya di pakai oleh ASN di lingkungan pemkab Pesawaran,” ujar dia.

“Dan peraturannya memang dinas menggunakan peci bordir itu,” tambah dia.

Dalam hal ini peci khas Pesawaran yakni Peci Dendi telah diproduksi secara massal.

“Bahkan penggunaannya booming dan menjadi ciri khas dari pegawai pemkab Pesawaran,” tutur dia.

Sehingga nama dari Irsyad dan Tri mulai terangkat dari usaha dan kerjasama dengan pemerintah tersebut.

( Tribunlampung.co.id / Oky Indra Jaya )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved