Jamaah Islamiyah Bubar

Abu Mahmudah Berat Bubarkan Jamaah Islamiyah, 'Kami Tak Boleh Terus di Situasi Baper'

Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah pada 30 Juni 2024 memantik pendapat skeptis dan keraguan sebagian pihak lantaran keputusan itu terkesan mendadak.

|
TRIBUNNEWS.COM/SIGIT ARIYANTO
Mantan Sekretaris Mantiqi II Jamaah Islamiyah Ustaz Siswanto alias Abu Mahmudah saat ditemui di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2024). Bubarnya organisasi Jamaah Islamiyah pada 30 Juni 2024 memantik pendapat skeptis dan keraguan sebagian pihak lantaran keputusan itu terkesan mendadak. 

Ternyata langkah-langkah (penentangan) yang pernah dilakukan itu tidak lebih mendatangkan manfaat ketimbang langkah yang sekarang kita laksanakan. Karena hampir kita semua menyandang beban hukum.

Dulu kan kita bergabung dengan Jamaah Islamiyah untuk mendapatkan nilai tambah di hadapan Allah SWT. Sekarang berdasar UU Antiterorisme, menjadi anggota kalau ada yang jadi saksi saja, maka anak-akan  adik-adik sekalian, sudah bisa dituntut.

Nah, ini belum memberikan kemanfaatan, sudah datang bahaya, sudah ada risiko yang sesungguhnya tidak perlu. 

Sebelumnya mengenai ketetapan dilarangnya JI didasarkan vonis sidang akhi Zarkasih dan Abu Dujana.

Sekarang sudah dikuatkan 500 vonis terkait masalah-masalah yang sama. Jadi benar-benar ada masalah, dan masalah menimpa kalian.

Kami yang sedikit lebih tahu harus mengangkat masalah ini dari anak-anak dan adik-adik sekalian. Karena argumentasi seperti ini, grass root jika sudah sempat mendengar, dengan rela hati menerima apa yang diputuskan para senior.  

T : Secara pribadi ketika sampai pada keputusan itu bagaimana berat gak? 

AM : Berat…berat. Tapi kami tidak boleh terus menerus dalam situasi baper. Masa depan generasi kami, ikhwan-ikhwan kami yang tersisa.

Anak didik kami, anak biologis dan didikan kami di lembaga pendidikan, harus jadi pertimbangan daripada larut dalam perasaan.

Lebih kepada memberi jalan kepada mereka supaya bisa memberi kontribusi positif, konstruktif agar bangsa ini maju dan bermartabat.

Toh kalau bangsa ini maju, 85 persen rakyat kan umat Muslim juga. 

T : Apa yang akan dilakuka para tokoh ini mengingat realitas menunjukkan di masa lalu ada banyak individu melakukan aksi-aksi dan mereka banyak yang dilahirkan JI?

AM: Begini, ada yang menarik ada terungkap fakta, di antara pelaku bom Bali 1, bahkan ada yang mencabut baiat ke JI sebelum beraksi. Siapanya saya tidak tahu, hanya dengar saja.

Tapi dari sini kita bisa melihat ada individu yang sadar perbuatannya adalah inisiatif sendiri, dan tidak ada perintah organisasi. Kedua, di persidangan terbukti para pelaku ini, istilahnya bekerja sama langsung dengan Al Qaeda, dan tidak bekerjasama dengan manajemen JI.

Jangan lupa, iklim perjuangan masa itu, umat Muslim mengalami banyak persekusi di Afghanistan, Bosnia Herzegovina, dan narasi yang muncul adalah pembelaan umat muslim.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved