Jamaah Islamiyah Bubar

Sabarno, Eks Prajurit Jamaah Islamiyah Pernah Ikut Kursus Perang di Filipina

Terkuak rekam jejak Sabarno, eks prajurit Jamaah Islamiyah, pernah ikuti kursus singkat perang di sarang kelompok Moro atau MILF di Pulau Mindanao.

|
Tribunnews/Sigit Ariyanto
Sabarno alias Amali, 10 tahun DPO dan menyerahkan diri setelah Jamaah Islamiyah (JI) bubar. Terkuak rekam jejak Sabarno, eks prajurit Jamaah Islamiyah, pernah ikuti kursus singkat perang di sarang kelompok Moro atau MILF di Pulau Mindanao. 

Deklarasi merupakan ujung dari pertemuan kajian di Solo 29 Juni 2024, dan hari berikutnya di Forum Silaturahmi Pondok Pesantren Jamaah Islamiyah di Bogor.

Pertemuan dan deklarasi dihadiri 119 perwakilan dari Jateng, Jabar, Bekasi, Banten, Medan, Sumbar, Lampung, NTB, Sulteng dan Sulsel.   

Tokoh-tokoh jamaah yang hadir sebagai pembicara menyampaikan pikiran dan nasihatnya adalah Ust Abu Rusdan, Ust Para Wijayanto, Ust Arif Siswanto, Ust Bambang Sukirno, Ust Fuad Junaidi, Ust Abdus Shomad, dan Ustaz Rudi. 

Tokoh senior yang mendampingi pertemuan adalah Ust Abu Fatih, Ust Abu Dujana, Ust Usman bin Sef alias Fahim, Ust Sartono, Ust Mustaqim, Ust Zarkasih, dan Ust Solahudin.  Hampir semua nama ini pernah dijebloskan ke penjara. 

Dalam kesempatan wawancara terpisah, pernyataan senada dikemukakan Ustaz Siswanto atau Arif Siswanto alias Abu Mahmudah. 

Ustaz Siswanto menegaskan jamaah (JI) sudah sampai pada kesepakatan bulat untuk membubarkan diri dengan semua pertimbangan ilmu dan rasional.

Semua anggota hingga tetua eks Jamaah Islamiyah menyatakan diri kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ada enam butir pernyataan dan kesimpulan akhir yang dibacakan Ustaz Abu Rusydan di Deklarasi Sentul.

Pembubaran itu akan diikuti sosialisasi ke akar rumput jamaah di berbagai wilayah Indonesia, serta menjamin kurikulum pendidikan pondok pesantren afiliasi JI terbebas dari tatharuf dan penyimpangan.

Ustaz Arif Siswanto dalam wawancara khusus dengan Tribun mengatakan, secara pribadi dirinya mula-mula sangat berat mendapati kenyataan JI bubar atau membubarkan diri. 

Tapi menurutnya demi akal sehat, atas dasar ilmu, dan demi kemanfaatan lebih banyak untuk umat dan jamaah, ia menerima titik akhir itu. 

Ustaz Hasan, yang dijebloskan ke penjara karena aktivitasnya di Jamaah Islamiyah, juga mengatakan kini dirinya lega. Ia berharap bisa kembali ke habitatnya sebagai pendakwah.

Juga ia berharap bisa kembali hidup normal di tengah masyarakat, seperti warga negara Indonesia lainnya.

Keputusan yang telah diambil, yaitu bubarnya organisasi yang diikutinya, merupakan keputusan terbaik yang diambil oleh para tetua atau senior, dengan landasan yang dinilainya benar.

Ustaz Mustaqim Safar, ketua sebuah yayasan yang membawahi Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Simo, Boyolali, mengamini keputusan dan Deklarasi Sentul. 

Pondok pesantren ini berafiliasi dengan Jamaah Islamiyah, dan kerap disangkutpautkan dengan deretan aksi teror yang dilakukan alumni, dan bahkan dulu guru yang mengajar di pondok ini. 

Satu nama yang paling tenar dan terkait dengan Ponpes Darusy Syahadah ini adalah Gempur Budi Angkoro alias Urwah.

Urwah yang asal Madiun itu tewas bersama Noordin Mohd Top yang berhasil diendus keberadaannya di sebuah rumah kontrakan di Kampung Kepuh Sari RT 03 Mojosongo, Solo, pada 16 September 2009.

Empat orang komplotan Noordin Mohd Top tewas saat pasukan Densus 88 Antiteror menggempur rumah tersebut hingga hancur lebur. 

Satu-satunya yang selamat adalah istri Susilo, pengontrak rumah yang ternyata memfasilitasi pelarian Noordin Mohd Top dan dua temannya termasuk Urwah. 

Ustaz Qasdi Ridwanulloh, Direktur Pesantren Darusy Syahadah kepada Tribun di komplek pesantren di Kedung Lengkong, Simo, Boyolali, mengaku akan koperatif terkait evaluasi, kajian, penilaian dari pihak manapun. 

Termasuk kajian dan penyesuaian kurikulum pendidikan pesantrennya, jika dianggap melenceng dari aturan pendidikan dan peraturan negara lainnya. 

Pesantren Darusy Syahadah saat ini memiliki seribuan santri dari berbagai tingkatan, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Lokasi pesantren tersebar di sekurangnya empat lokasi di Kecamatan Simo, termasuk satu pondok pesantren putri.

Prof Dr Waryono Abdul Ghofur, Plt Direktur Pesantren dan Pendidikan Islam Kementerian Agama RI pada Kamis (18/7/2024) bertemu dengan tokoh-tokoh eks JI di Solo.

Sesudah pertemuan, Prof Dr Waryono langsung mengunjungi Pesantren Darusy Syahadah di Simo, Boyolali. 

Sebelumnya, Waryono menyambut gembira keputusan JI bubar atau membubarkan diri. Ia menemui para tokoh eks JI di Solo guna memastikan keputusan itu bukan gimmick atau pura-pura. 

“Pertemuan ini akan dilanjutkan pertemuan-pertemuan berikutnya. Pemerintah tentu akan menindaklanjuti, antara lain terkait kurikulum pendidikan pesantren eks JI. 

“Salah satu yang segera kita cek adalah kurikulumnya. Perilaku orang itu dipengaruhi bacaannya. Karena itu pembenahan kurikulum adalah keniscayaan,” kata guru besar di UIN Sunan Kalijaga ini.  

Khoirul Anam, peneliti dan pengamat terorisme di Indonesia kepada Tribun menyatakan sangat terkejut, surprise, dan tak pernah menyangka Jamaah Islamiyah akan mengambil keputusan akhir bubar. 

Tapi pria asal Banyuwangi yang beberapa tahun terakhir mengamati perkembangan Jamaah Islamiyah, memang melihat ada proses dan perubahan perlahan terkait organisasi ini.

Khoirul Anam juga melihat Jamaah Islamiyah agak berbeda dengan gerakan lain, yang terang-terangan melancarkan serangan, permusuhan, dan kekerasan yang menimbulkan korban pihak lain.

Ia secara pribadi percaya, keputusan JI bubar atau membubarkan diri itu benar-benar jujur dan bukan gimmick atau mungkin ada yang menyebutnya kamuflase belaka. 

“Secara pribadi saya yakin dan percaya bubar beneran. Pertama, karena keputusan itu datang murni dari mereka. Tidak ada pihak di luar JI yang mempengaruhi mereka,” kata Khoirul Anam.

Dari hasil pembicaraan tokoh-tokoh utama Jamaah Islamiyah yang ia temui, ada satu hal yang membuatnya yakin dan percaya. “Karena ilmu,” katanya. 

“JI didirikan atas dasar ilmu, dan diakhiri juga karena ilmu,” kata Khoirul Anam yang beberapa kali berinteraksi dengan Abu Rusydan dan Para Wijayanto, dua tokoh sentral JI sebelum bubar.

(Tribun Network/Setya Krisna Sumarga)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved