Berita Lampung

Apindo Nilai Kenaikan Tarif Tol Lampung Akan Berdampak ke Biaya Logistik

Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) Lampung nilai, kenaikan tarif tol Lampung, ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, akan berdampak pada biaya logistik.

Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq
KENAIKAN TARIF TOL - Foto ilustrasi, pemudik motor terlihat melintas di Tol Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Sabtu (13/4/2024). Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) Lampung menilai, kenaikan tarif tol Lampung, ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, akan berdampak pada biaya logistik. 

Ringkasan Berita:
  • Apindo Lampung menilai kenaikan tarif Tol Bakauheni–Terbanggi Besar berpotensi menaikkan biaya logistik, memicu inflasi, dan menekan UMKM serta pengusaha angkutan.
  • Kenaikan tarif dipahami sebagai mekanisme nasional, namun Lampung sangat bergantung pada transportasi darat, sehingga dampaknya langsung pada harga barang dan biaya perjalanan.
  • Apindo meminta mitigasi seperti insentif tol, evaluasi dampak, dan peningkatan layanan agar kenaikan tarif tidak membebani dunia usaha dan masyarakat.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Selatan - Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) Lampung menilai, kenaikan tarif tol Lampung, ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, akan berdampak pada biaya logistik.

Ketua Apindo Lampung Ary Meizari Alfian menyebut, kenaikan tarif Tol Bakauheni-Terbanggi Besar yang akan berlaku pada 27 November mendatang dipandang adalah sesuatu yang secara regulasi memang rutin dilakukan.

"Namun bagi kami, yang berada di lapangan dan melihat langsung dinamika ekonomi Lampung, kebijakan ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi riil daerah yang masih sangat bertumpu pada transportasi darat," ujarnya, Kamis, (20/11/2025).

Itulah sebabnya Apindo berpandangan bahwa kenaikan tarif perlu disikapi dengan hati-hati, karena efeknya tidak hanya dirasakan pengusaha, tetapi juga menyentuh masyarakat secara luas.

Dalam konteks perekonomian Lampung, kenaikan tarif tol sangat mungkin memengaruhi beberapa sektor sekaligus.

"Biaya logistik adalah satu di antara komponen terbesar dari struktur biaya usaha di sini, mengingat mayoritas distribusi hasil pertanian, perkebunan, dan produk industri kecil menengah dilakukan melalui ruas tol tersebut," ujarnya.

"Ketika tarif naik, otomatis biaya per perjalanan atau per ritase kendaraan logistik ikut meningkat. Kenaikan ini kemudian dapat menambah biaya produksi dan distribusi yang akhirnya memberi tekanan pada harga barang di pasar," sambungnya.

Kondisi inflasi daerah juga bisa terdorong naik, terutama untuk komoditas pangan dan bahan pokok.

Bagi pelaku usaha, beban tersebut sering kali langsung terasa.

"Perusahaan angkutan yang berkontrak tetap, misalnya, tidak serta-merta bisa menyesuaikan tarifnya meskipun biaya perjalanan naik," ujarnya.

UMKM pun menghadapi tantangan karena tidak mudah menaikkan harga produk tanpa mengganggu permintaan.

"Sementara masyarakat, khususnya pengguna tol, harus menyiapkan biaya perjalanan yang lebih besar, dan berpotensi merasakan dampaknya melalui kenaikan harga barang konsumsi harian," ujarnya.

Walau begitu, Apindo Lampung tetap melihat bahwa peningkatan tarif bisa membawa manfaat jika betul-betul disertai peningkatan standar pelayanan.

"Perjalanan makin lancar, waktu tempuh lebih singkat, dan kualitas jalan konsisten terjaga. Hanya saja, manfaat jangka panjang tersebut harus diseimbangkan dengan kebijakan mitigasi jangka pendek agar beban biaya tidak langsung menekan produktivitas dunia usaha," ujarnya.

Baca juga: Tarif Tol Bakter Naik, Sopir Bus: Asal Jalan Mulus

Karena itu Apindo Lampung mendorong para pengusaha untuk mulai mengambil langkah langkah adaptif.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved